Siapa yang
tahu kapan suatu bencana akan datang. Bencana datang begitu saja, bahkan untuk
siapa saja. Tengok ketika warga Karang Kobar di Kabupaten Banjar negara yang
kaget dengan longsoran tanah yang menimbun mereka. Tidak seorangpun bersiap
menghadapinya, tapi ada yang tetap tenang menerimanya. Mereka yang tenang
adalah mereka yang menang, mereka yang siap datang kepada Tuhan, mereka yang
lelah dengan kehidupan dunia, mereka yang beruntung tidak lagi menghadapi
congkaknya manusia.
Tahun-tahun
belakangan Indonesia memang dirundung duka. Banyak warganya yang meninggal
karena bencana. Hingga saat ini 155 penumpang pesawat Air Asia yang jatuh belum
semuanya ditemukan. Mundur ke tahun 2014, setidaknya ada belasan orang menjadi
korban karena erupsi gunung Sinabung. Kemudian mundur lagi, ada erupsi gunung
Merapi yang membuat sekitar 350 orang meninggal dunia dan sekitar 400 ribu
orang mengungsi karena bencana ini. Sekarang, bencana amat besar tengah
terjadi, bencana hukum dan politik yang belum tahu menyebabkan berapa banyak
orang yang mati nuraninya.
Bencana
menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sesuatu yang menyebabkan
(menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan. Dalam konteks keruangan,
dari berbagai bencana yang dituliskan diatas maka bencana hukum dan politik
menjadi nomor wahid yang paling luas cakupannya. Bencana hukum dan politik akan
menyerang sendi-sendi kehidupan masyarakat, mengaburkan penglihatan mereka atas
dikotomi benar-salah. Masyarakat tak hanya kabur penglihatannya, tapi
kehilangan motifasi karena mereka hanya tunduk pada taklid buta.
Bencana hukum
dan politik tidak hanya terjadi belakangan ini saja, namun baru kali ini
dampaknya begitu terasa bahkan hanya pada permulaannya. Mulai dari masa
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, hingga saat pemerintahan baru yang
usianya belum genap satu tahun dari lima tahun masa jabatan. Hal ini luar
biasa, tapi banyak masyarakat yang tetap buta.
Banyak
lembaga pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi acuan, banyak media yang
seharusnya dapat menjalankan fungsi pengawasan. Namun keduanya telah hilang
kemerdekaannya. Lembaga pemerintahan dilombakan penguasaannya, agar dapat
mengontrol dan melakukan dominasi. Media masa seharusnya merdeka, agar mereka
mampu memberikan apa yang seharusnya masyarakat tahu tanpa intervensi dari
siapapun.
Bencana hukum
dan politik mengaburkan lembaga hukum dengan kepentingan politik. Seharusnya
hukum dijunjung tinggi dan tidak ada lembaga penegak hukum yang kebal hukum,
tapi lembaga penegak hukum harus kebal dari intervensi kepentingan politik.
Indonesia kita sedang di pecah dan lalu dibelah-belah, oleh anak bangsa sendiri
yang haus akan kepentingan duniawi.
Entah fraksi
mana di DPR yang masih mau mengabdi dengan hati nurani. Entah KPK atau Polri
yang disisipi kepentingan agar keduanya saling menghancurkan. Entah pak Jokowi,
pak Bambang atau pak Budi yang dirundung malang. Sekarang hukum dipermainkan
dan fakta diputar balikkan, asal jangan bermain dengan hukum Tuhan.
Indonesia
jaya hanya sebuah syair untuk dinyanyikan, Indonesia damai sentosa hanya
menjadi slogan, Indonesia adil dan makmur hanya menjadi impian. Indonesia tidak
akan bergerak menjadi lebih baik sebelum kita semua sadar akan makna persatuan
dan kesatuan. Berebut jabatan menjadi tontonan, berbicara ngawur malah menjadi
sorotan. Itulah realitas yang harus kita hadapi, bagaimana esok Indonesia akan
berubah. Walaupun kita juga tidak tahu arah perubahan itu sendiri.
Benar memang
suatu pribahasa yang mengatakan semakin tinggi suatu pohon maka semakin kencang
pula angin yang menerpanya. Mungkin inilah gambaran yang cocok untuk
pemerintahan, KPK dan juga Polri. Ketiganya adalah lembaga yang sedang dalam
perbaikan, kinerjanya begitu menggembirakan. Ketiganya kini tengah
dipermainkan, diguncang dan diterpa topan. Hanya yang sabar dan mengingat Tuhan
yang dapat bertahan.
Jika kita sadari, bertahun-tahun telah banyak sekali waktu yang terlewat
tanpa arti. Kita seharusnya sudah maju jika tidak hanya sibuk mengeruk harta
duniawi. Jika anggota dewan lamban dalam menyadari, maka mentari esok untuk
cerahnya Indonesia tidak akan terbit lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar